Kamis, 17 Januari 2013

Tampil Cantik (Extended)

Lah? Kok pake extended macam film Eiffel I'm in Love yang ngga ada bagus-bagusnya tapi laris manis? Kalo inget Sampul Rizal di film itu, kayaknya aktingnya dia ngga jauh beda dari Azis Gagap. Belepotan gitu. Tapi laris. Galileo juga ngga bakal paham kenapa film Eiffel I'm in Love bisa laris. Larisnya sampe meminta korban nyawa yang berdesak-desakan di pemutaran perdananya di bioskop mal Cijantung. Mal mana? Mal Cijantung. Oyaudahlahya.

Terus kenapa cerita ini ada extendednya? Karena ada yang komplen:

*juga mungkin maksudnya jangan*


Sebenernya soal isi nyinyirdotcom yang ngga bisa sepanjang ninoynino.blogspot.com itu, ya karena di sini gw bener-bener harus nyari ide segar semacam 80% dari keseluruhan isi blog. Susyeh. Kalo di ninoynino.blogspot.com kan, gw udah punya bahan 80% dari perjalanan gw, jadi tinggal nambah 20%nya lagi buat materi-materi OOT. Kalo di sini, gw cuma punya bahan 20% yang gw peroleh dari hasil nonton infotainment dan 80%nya lagi harus gw pikir sendiri. Susyeh. Apakabarnya kalo gw skip acara gosip sehari? Infotainment yang memenuhi standard kualitas-1 buat gw cuma Insert dengan gabungan host Indra Herlambang dan Fenita Arie aja. Selebihnya, nol. Apalagi acara gosip yang ada di SCTV. Duileh, ngegosipinnya kok artis-artis FTV dan pemain sinetron stasiun TV mereka yang lagi pada baksos, makan mie ayam, bungkus kado, bersihin kandang ayam, atau siap-siap syuting. PENTING BUAT IDUP GW? Rasanya pengen gw tulis di surat pembaca kalo ada acara gosip yang macam begitu-gituan. Kalo gw dapet 3 permintaan dari jin di dalam botol, jelas gw akan meminta 3 permintaan ini:

1. Acara gosip di SCTV dihapus
2. Aurel tidak dilahirkan ke bumi. Well, sebenarnya akan lebih arif kalo gw meminta agar Aurel diberikan suara yang merdu aja. Tapi gw yakin, kekuatan gaib pun ngga akan mampu menyembuhkan dirinya dari kefals-an suaranya yang bisa membunuh 3 ekor ular sanca dalam 1 bait nada
3. Follower twitter gw nambah 100

Jadi, mari kita ulang cerita kemaren dengan beberapa penambahan dikit aja. Biar agak panjangan lah gitu...

Keinginan untuk selalu tampil cantik itu, ngga terbatas umur, latar belakang sosial, profesi, ataupun orientasi seksual. Ngga cewe, ngga cowo, semua berlomba-lomba untuk bisa tampil cantik. Semua? Ngga juga.

(Big) Royal Wedding
Dulu, mungkin sekitar 2 atau 3 tahun yang lalu, ada putri keraton yang melangsungkan pernikahan, yang kebetulan sempet sekilas diliput oleh media massa. Putri keraton. Jabatan yang berat memang. Tapi ketika gw ngeliat prosesi pernikahannya, gw agak bingung buat memastikan yang mana yang putri keraton dan yang mana yang merupakan tenda pernikahannya. Ya, putrinya kegemukan. Gemuk banget sih kalo mau dibilang. Sebenernya kalo ngomongin kegemukan, ini soal yang sensitif. Bisa masuk ke kategori bullying. Tapi yaaa, mengingat itu orang punya jabatan "putri", agak gimana gitu jadinya. Dijaga kek berat badannya. Masa penghulu, meja ijab kabul, dan janur kuningnya sampe pada ketutupan badan dia gitu? Putri keraton ya harus cantik dan semampai, ngga berbadan lokomotif. Kalo ngeliat bentukannya, mungkin dia lebih pas untuk menjabat sebagai Putri Empal Gentong, yang merupakan ambassador untuk makanan-makanan khas Jawa Tengah.

Yaaa, namanya juga putri. Putri salju, Putri Indonesia, putri ayu (salon). Semua kan dikisahkan yang ayu-ayu, cantik, lemah lembut. Tapi dia? Ibaratnya dongeng putri tidur yang harus dicium pangeran dulu baru bisa bangun dari mimpinya, mungkin si putri keraton yang gw maksudkan ini harus kesundut kabel SUTET dulu baru bisa kebangun dari tidur. Sayang, waktu itu liputannya cuma sekilas, jadi gw ngga sempet liat ketika si putri dan suami diarak keliling kota menggunakan dokar. Karena gw sebenernya sempat bertanya-tanya dalam hati, akan menggunakan berapa tenaga ekor kuda untuk menarik si putri keliling kota? 15? 132? Atau diarak menggunakan traktor penghalus aspal jalanan? Entahlah.

Another Big Royal Wedding
Sebenernya, minggu-minggu lalu juga baru aja ada yang menyelenggarakan Big Royal Wedding. Sebutlah Olivia, anak dari buah pernikahan Nia Dihianati dan Farhat Asbes. Olivia mungkin terlahir langsing, tapi sayang bertumbuh agak kelebaran. Kalau Nia dan Olivia disandingkan berdua, akan jelas terlihat perbedaannya. Nia ibarat gelas-gelas kaca, sedangkan Olivia tak ubahnya sebagai gentong-gentong tanah liat. Di acara ulang tahun 17nya Olivia dulu, Nia dan Farhat membelikan Olivia 1 buah mobil Honda Jazz. Pertanyaan gw pada waktu itu adalah: Apakah muat? Mungkin akan lebih cocok kalo dikasih Nissan Terano atau Alphard aja. Okesip. Mungkin uangnya ngga cukup buat beli Alphard.Karna Farhat Asbes juga kan, karirnya kembang-kempis gitu. Kerjannya lebih banyak nyampah di infotainment dibanding bela warga di ruang pengadilan. Mungkin dia lebih cocok bisnis online ajalah. Atau buka lapak pulsa atau nasi rames di ITC. Atau apalah.

Tampil cantik tapi apa daya
Bedak ditebelin, perhiasan dimenterengin, baju diseksi-seksiin. Tapi tetap, penampilannya ngga bisa meninggalkan kesannya sebagai Aurel Herminsyah. Beberapa minggu lalu, dia sempat tampil di tivi dengan tanktop seksi. Seksi? Ya, seperti melihat bolu kukus karamel yang setengahnya ditutup kertas alumunium. Bedaknya juga ketebelan macam bisa menyerap banjir Jakarta. Tapi gw ngga bilang Aurel jelek lho. Kalo ada peringkat 100 besar artis-artis cantik Indonesia, mungkin Aurel masih ada di posisi 89; tiga tingkat di bawah Omas Wati dan 1 tingkat di atas Abdul Rojak (bokapnya Ayu Ting Ting).

Cantik ngga harus berkutat di penampilan luar. Iya. Langkah Aurel dengan meluncurkan single, yang beberapa di antaranya lebih cocok dijadikan sebagai musik penolak bala, sebetulnya bisa dibenarkan. Mungkin dia ingin memunculkan kecantikannya secara suara, setelah sebelumnya mungkin sadar kalo kecantikan parasnya ngga terlalu bisa diandalkan untuk diumbar. Tapi sayang, lagi-lagi gagal. Kadang, gw mengira suaranya Aurel merupakan tiupan sangkakala yang menandakan bahwa dunia sedang memasuki kiamat. Parau sekali suaranya. Seperti kucing yang mau lahiran dengan proses cesar karena posisi bayinya sungsang. Tapi gw dukung lah usaha Aurel dalam mencari sisi cantik yang ada di dalam dirinya. Mungkin keahlian dia bukan di suara, bukan di paras, apalagi di lekuk tubuh. Tapi siapa yang tahu kalo suatu saat nanti dia bisa sukses menjadi atlit lempar galah yang musti mengakhiri karirnya karena terkilir ketika SEA Games, atau jadi sekretaris perusahaan ternama yang terancam bangkrut setelah menghire Aurel, atau jadi pialang yang ngga pernah dapet klien, atau jadi tukang pecel lele? We will never know but i'll keep nyinyirin her.

(Seharusnya Ngga) Tampil Cantik
Jeremy Teti. Eh, ngga ya? Cantik ngga sih ni orang? Pokonya tiap ini orang tampil di tivi, gw kepengennya manggil dia dengan sebutan bude aja. Suaranya keibuan, tegas ala-ala Ketua PKK yang lagi mengkordinir acara ngerujak bareng 1 RT, bahasa halus, kemayu, dan brewokan. -___- Hah, sudahlah. Gw juga bingung kenapa dia masih dipertahankan buat jadi pembawa berita di salah satu TV nasional.

Sudah panjang belum isi blog gw? Dari cerita di atas, bisa dipetik lah ya pesan intinya. Kalo mengerjakan sesuatu, ya harus total biar keliatan "cantik". Jangan sampe menggeluti satu bidang yang sebenernya kita ngga pengen dan ngga mampu. Karena apa-apa yang ngga kita kerjakan secara total, kemungkinan hasilnya akan jadi sampah aja. Jangan kayak Aurel gitu. Boleh kayak Aurel, tapi please luluran seminggu sekali. Berkarir juga ngga boleh lebay. Jangan kayak Jeremy Teteus yang kayaknya bakal sampe umur 98 tahun dia kekeuh tampil di tivi. Kasih lah kesempatan buat yang muda-muda. Boleh kayak Jeremy, tapi pelase shadingnya jangan ketebelan!

Cantik-ngga cantik, sebenernya kalian sendiri yang menentukan. Bisa tampil cantik, alhamdulilah. Tampil ngga cantik, harus siap diomongin. Gampangnya cuma sekedar rapih aja, ngga menor, baju licin, rambut ngga acak-acakan, ngga pernah ngga mandi tiap ke luar rumah, kelakuan dijaga, tahan emosi tiap PMS, dan ngga suka marah-marah di publik. Gampang kan? Susah.

Sabtu, 05 Januari 2013

Kuno

Perempuan Dilarang Duduk Mengangkang Saat Dibonceng (kompas.com)

Jadi, perempuan di Aceh kalo mau diboncengin pake motor, duduknya harus nyamping kiri. Ngga boleh ngangkang, nyamping kanan, atau madep belakang. Katanya sih, karena tidak sesuai dengan budaya Aceh yang sudah berlaku sejak lama. Ada-ada saja. Mungkin nanti akan ada himbauan bagi kendaraan untuk tidak memfungsikan transmisi/gigi mundur karena Allah tidak suka manusia yang suka "kembali ke belakang" atau mengingat-ngingat masa lalu. Ya bisa saja. Pikiran orang (kolot) mana ada yang tahu.

 

Duduk nyamping. Susah deh, sumpah. Ngeri banget sumpah. <-- *udah pernah*. Di sisi pengemudi, akan sulit menjaga keseimbangan. Apalagi kalo nyetir motornya sambil ngetik SMS, duduk bersila, atau ngobrol pake hape dengan cara menyelipkan ponselnya ke sela-sela antara helm dan kuping. 

 

Duduk nyamping. Mungkin masih ngga lebih berbahaya naik otopet sambil sikap lilin dengan rute Jonggol-Cimahi. Gw pribadi, kalo ada yang minta nebeng, gw akan minta penumpangnya duduk ngangkang atau sekalian duduk di depan aja macam anak balita diajak muter-muter komplek sama bapaknya. Daripada duduk nyamping, keselamatan agak diragukan. Pokonya kalo tiba-tiba ada yang minta dibonceng gw dengan duduk nyamping, gw akan turunin di tengah jalan, baik cowo atau cewe. Kesibukan mikirin adat lama, akhirnya sampai mengesampingkan keselamatan.

 

 Working women. Kekinian, kebutuhan, atau Melanggar Kekunoan?

 

Dulu, pas jaman gw kuliah, mungkin sekitar 1800 tahun sebelum masehi, ada temen gw, sebutlah namanya Android. Dia selalu lantang ngomong "Perempuan ya ngga boleh bekerja! Karena, gw mau istri gw nanti selalu ada di rumah, siap ngelayanin gw, tiap gw kecapean pulang kantor". Tiap ngebahas soal wanita bekerja, dia selalu dengan tegas menyatakan keberatannya seperti itu. Kisah nyata lho, tweeps. Gw juga heran ada orang dengan pemikiran seperti itu. Mendingan si Android piara kucing aja ya. Dikandangin, terus kalo pulang kerja dan merasa stres, bisa main-main sama kucingnya. Lebih ngga ngorbanin perasaan orang kan? Dosanya mungkin lebih sedikit.

 

Tapi apapun itu, gw berharap sekarang si Android udah jadi manager atau direktur di perusahaan terkemuka. Karena kalau tidak, susah cyin. Biaya sekolah mahal. Harga tas naik tiap tahun. Harga apartemen naik tiap hari Senin. Biaya parkir sekarang udah Rp 3000 per jam. TDL naik walau electricity di kota-kota besar masih byar-pet. Ongkos tol udah seharga 1 bungkus nasi rames pake telor dan tempe orek. Susah lah kalo istri ngga kerja. Kecuali kalo yey orang tajir.

 

"Pokonya setelah SMP, gw ngga akan ngelanjutin ke SMA. Buang-buang duit aja! Perempuan mah ujung-ujungnya juga di dapur doang!" -Siti Maesaroh, temen SD gw, diungkapkan ketika lagi pinjem-pinjeman sisir di mushola sekolah- Cita-cita: menjadi ibu rumah tangga. Sungguh cita-cita yang mulia. Walau akan lebih mulia dan makin gress lagi kalo titelnya ditambahkan jadi ibu rumah tangga yang berpendidikan dan berkarir.  

 

Tapi apapun itu, gw berharap kalo Siti Maesaroh sekarang udah ngubah namanya menjadi Cindy atau Jessica. Ya apalah arti sebuah nama, selama itu bukan Siti Maesaroh. Ok bye. Love you.

 

Siapa yang ngga tau kasus Bupati suatu daerah di Jawa Barat dengan nama Aseng Dicky? Saking masifnya pemberitaan, gw sampe yakin kalo kabar soal pernikahan fenomenalnya Aseng juga ditayangin di channel Space Toon. 

 

Aseng. Dicemooh karena ulah kejamnya dengan menikahi gadis belia selama 4 hari saja. Macam frekwensi ganti celana dalem gw, 4 hari sekali. 

 

Yang mau gw bahas di sini adalah soal Aseng, istri Aseng, dan gadis belia yang dinikahi Aseng selama 96 jam itu.  Jadi, istri pertamanya Aseng ternyata memang sudah mengetahui soal pernikahan Aseng dengan gadis belia itu. Dan, istri pertamanya (dengan secara menakjubkan) mengijinkan! Mungkin kalo Aseng ijin mau ganti kelamin juga bakal dibolehin sama istri pertamanya kali. Ngga pedulian atau takut dicerai? Ya kalo sampe dicerai juga, istrinya mau makan apa? Tinggal di mana? Karena setahu gw, istrinya Aseng memang tidak bekerja dan tidak berpenghasilan. Repot yes?

 

Beberapa minggu lalu, gw juga liat pemberitaan soal pejabat negara yang menikah dengan istri kedua dan melupakan istri pertamanya sampai sang istri pertama musti tidur di halaman rumah dengan hanya beratapkan terpal. Sang istri ngga tau lagi mau tinggal di mana karena diusir oleh sang suami. Dasar laki-laki!

 

Gw ngga mau menakutkan kalian, tapi alangkah lebih "aman"nya kalo kita (sebagai istri), *KITAAA?* juga punya pegangan; pendidikan dan karir. Jadi kalo suami kita ngelempar petasan, kita bisa bales dengan ngegelindingin granat ke tempat suami kita berpijak. *KITAAA?* Lihatlah si Halimah, terserah deh lo mau nikahin Mayang! Pokoknya kita cerai kalau sampai gw dimadu! Gw bisa hidup tanpa lo karena punya bisnis dan mampu menghasilkan sendiri.

 

Nyokap gw juga dulu begitu. Tiap berantem sama bokap, dia bisa lebih lantang dan sering banget ngancam cerai sambil tepuk-tepuk dada dengan bilang "AKU BISA HIDUP SENDIRI, AKU BISA!! TAPI URUS ANAK KAMU SI RHINO ITU YA! AKU NGGA MAU! DASAR ANAK TIDAK ADA FUNGSINYA!! KERJANYA TIDUR, MAKAN, DANDAN, TIDUR, MAKAN, DANDAN!! *terlalu buka aib* Pokonya kalo bokap dan nyokap gw berantem, keramik di lantai rumah bakal pada pecah karena nyokap gw lebih suka marah-marah dengan ngelempar dan ngebanting-bantingin ulekan, bukannya piring, saking ngerasa powerfullnya. Sampe sekarang, lantai rumah gw jadinya pake aspal dan sebagian dilapisi beton aja biar kuat.

 

Baiklah. Jadinya gw seperti menggambarkan wanita yang punya karir akan gampang minta cerai, ya? Sebenernya bukan gitu. Namun, tiap ada masalah atau perdebatan, kan akan lebih enak kalo posisi orang-orang yang berdebat itu "sama tinggi". Jadi penyelesaian masalah ngga akan berdasarkan atas siapa yang bisa direndahkan dan diremehkan. Perlombaan aja contohnya. Kan kalo balapan mobil, ya mobil aja yang boleh ikutan. Perlombaan sepeda, ya bajaj ngga boleh ikutan. Semua diseragamkan agar tidak ada yang merasa dirugikan karena bajaj sudah pasti lebih cepat dari sepeda.

 

Wanita bekerja. Itu pilihan. Banyak temen gw yang sekarang berkeluarga tapi kegiatannya jadi ibu rumah tangga aja. Tapi toh mereka semua berpendidikan. Ngga nge-set dirinya dari SD untuk jadi ibu rumah tangga aja dan males memperkaya diri. Sebagian memang memilih jadi IRT karena anaknya masih terlalu kecil untuk ditinggal. Jadi pasti mereka tetap punya pikiran untuk berkarir dan berkarya ketika anaknya sudah besar nanti.

 

Terus gw jadi bingung mau bikin kesimpulannya gimana. -__- Intinya sih, jangan kuno-kuno amat lah jadi orang. Ngga asik kalo udah jamannya ngirim-ngirim pesan pake watsapp, kalian masih suka tukar-tukar pikiran pake burung merpati atau kirim-kiriman ide lewat mimpi.

 

Selebihnya, plis Aurel. Kalo mau tampil di tivi, jangan pake tanktop lagi. Kulit udah macam bocah hobi ngejar layangan gitu, pake segala pamer ketek! Gw ngeliatnya juga iba. Jangan lagi ya, Rel. Pake baju besi atau baju mumi sekalian aja lah biar ngga ngerusak mata penonton.

 

Sampai jumpa!