Senin, 01 April 2013

Ada yang Sedih, Ada yang Narsis

Kalo ada yang bergembira di atas kesedihan orang lain, itu wajar. Biasa dibahas sama orang-orang. Gw juga sering melakukan itu. Tiap ada orang yang gw ngga suka yang dikabarkan sedang mengalami kegagalan atau kesedihan, gw akan mengunci diri di dalam kamar selama 12 jam dan tertawa seharian sambil nyobek-nyobekin boneka koleksi gw yang mukanya udah dipasangin lembaran foto-wajah orang yang gw benci tersebut.

Dewi Persis juga melakukan itu, ketika dia lagi konpers di tivi menanggapi ditahannya Julia Reus atas aksi jambak-jambakan yang mereka berdua lakukan pada saat syuting film horor yang sangat membanggakan bagi kalangan keluarga Punjabi dan alay-alay se-Indonesia. Dewi berkata dengan muka merona yang seakan siap untuk diajak dangdutan: "Ah aku simpati sama dia (Julia)... Semuanya kan merupakan pelajaran berharga buat kita semua."

Gembira di atas kesedihan orang lain. Kita semua melakukan itu, ketika Marjanda atau yang akrab disapa Chichi sedang rapuh di youtube dan menyatakan kekesalannya atas Adinda Mutiara Sabila Purnomo Sidi yang membully dia di sekolah. "Sama  Muhammad Davi Widodo, yang pernah insult gue (Chichi), yang ngajak gue ke depan kelas. Ingat-ingat lo ngapain!!" Semua diucapkan Chichi sambil nari-nari... Kita semua menertawakan Marjanda kala itu. Menghibur sih. Bahkan gw berharap video itu diangkat ke layar lebar dengan judul Kesumat Sang Gadis Labil.  "Lagu-lagu ini kayaknya sangat cocok buat teman-teman SD gue, yang musuhin gue. Gue nggak punya teman, gue struggle kayak orang gila di sekolah gue sendiri." Padahal aksi dia di youtube juga udah kayakorang gila.. Kok ya ngga sembuh-sembuh dari SD... :( Mungkin dia tidak lagi mendapat bantuan dari Ibu Peri seiring dengan selesainya sinetron Bidadari yang tayang tiap malam di RCTI.

Semua kasus di atas itu merupakan contoh gembira di atas kesedihan orang lain. Hampir mirip sih dengan orang yang gemar narsis di atas kesedihan orang lain. Beberapa minggu lalu, ada salah satu teman gw yang ditinggal pergi (selama-lamanya) oleh teman baiknya. Bagaimana gw bisa tahu beritanya? Lha wong diumumin di status Facebook. Pertama, dia posted status: "Guys.. (dengan ngetag nama-nama temannya), si ini telah mendahului kita... Bla-bla-bla...." Beberapa saat kemudian, dia pasang lagi status serupa dengan ngetag nama-nama teman yang lain. Cukup bisa ditebak, menit selanjutnya dia pasang status yang serupa lagi, begitu seterusnya sampe temannya abis. Kalo jumlah teman di facebooknya dia ada 2345 orang, dia akan tetap pasang status serupa sampai di acara pengajian 1000 hari teman baiknya yang telah pergi itu.

Wajar sih sebenernya, karena kan kabar seperti itu memang perlu diberitahu ke orang lain supaya orang lain bisa berkunjung ke rumah yang "sudah pergi" dan menguatkan keluarga yang ditinggalkan. Cuma yaaa... Kalo sampe puluhan kali masang pengumumannya sih, ini berita duka atau promosi lomba cheerleaders tingkat SMA?

Di keesokan harinya, si temen gw, yang ditinggalkan teman baiknya ini, upload foto suasana pemakaman si teman "yang sudah lebih dahulu pergi" itu. Wajar. Tapi kok ya sampe belasan foto dia upload? Mulai dari foto keluarganya, foto dia bersama teman-teman sewaktu lagi baca doa, foto kuburan temannya dari bagian tampak depan, tampak samping kanan, tampak samping kiri, tampak kurang pencahayaan, sampe tampak mistis, semuaaaaaaa dia upload. Macam orang baru pulang dari liburan yang keranjingan upload foto di facebook. Sedih ngga sih sebenernya ditinggal temennya?

Sampai minggu lalu, dia masih suka pasang status "Kangen si ini... (temannya yang sudah lebih dahulu pergi)" -___- EHYAUDAHLAHYA SONO NYUSUL AJA!

Hal yang agak serupa dilakukan Syahroni. Ketika gunung Merapi meletus tahun 2010 lalu, dia berkunjung ke salah satu lokasi pengungsian. Di sana, si Princess Syahroni terlihat sangaaat sedih dan sempat sesekali menjawab pertanyaan wartawan dengan suara lirih. Namun lain halnya dengan perhiasan dan kostumnya yang sangat memancarkan kebahagiaan. Belum lagi make upnya yang sepertinya harus menghadirkan truk molen untuk mengaduk bedak dasarnya tiap dese melakukan sesi make up. Ngga papa sih. Jadi artis harus dandan, memang. Tapi bisa ngga sih disesuaikan dengan tema? Serupa dengan pejabat-pejabat kita yang suka mendadak pasang poster dengan embel-embel "Berduka untuk korban...." dengan tetap menampilkan foto dirinya dan logo partainya. Atau ribuan kali pasang status "Sabar ya, friend... Dompet lo yang ilang pasti bakal ketemu atas ijin Allah" lengkap dengan puluhan emoticon ':('

The point is, selow lah. Ngunjungin orang sakit cukup bawa buah, ngga perlu bawa semua menu Restoran Sederhana ke rumah sakit. Kalo ada temen yang baru putus dari cowoknya, hiburlah sedikit. Sedikit aja, ngga perlu sampe ngadain yasinan satu divisi kantor. Sampaikan secara private, jangan lewat status. Gitu aja sih. Orang pasti tau kok ketulusan kita dalam memberi sesuatu tanpa kita harus melancarkan ribuan komunikasi verbal yang cetar membahana yang seakaan pengen diliat orang lain bahwa kita adalah orang yang baik. Karena sesungguhnya, kebaikan hanya milik Allah dan kekurangan milik Bunda Dorce.