Senin, 17 Maret 2014

Sudden Changes

Sudden changes. Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba. Yah namanya juga tiba-tiba, mau itu kabar baik atau berita yang sifatnya buruk, pastilah akan diterima publik dengan (mungkin) penuh rasa keterkejutan.

Mendadak Terbuka: Semua tau soal Angel Lega. Semua tau kalo dulunya Angel diperistri secara sirih oleh Bung Romi. Semua tau kalo awal muncul di tivi, si Angel tampilannya sangat rohaniah dan tertutup (walau kayaknya hanya gw yang tau bahwa di dalamnya dia sangat jauh dari kesan gadis mushola). Akhirnya kemudian semua tau kalo Angel dicerai Bung Romi dan Angel melepas atribut keagamaannya, bahkan tampil di majalah dewasa dengan pakaian minim. Semua terkejut. Aku tidak terkejut, tapi tetap ikut-ikutan menghujatnya sebagai perempuan tak tau agama dan tak tau selera dalam memilih laki-laki. Dijanjikan kaya raya boleh, tapi masa musti menikah (secara sirih) dengan pangeran berbulu gitar itu?

Mendadak Tertutup: Angel Lega. Kemudian, setelah beberapa tahun pose menggiurkannya muncul di majalah dewasa, dia kembali tertutup. Mengenakan kerudung yang lebih terlihat seperti kulit lumpia karna saking tipisnya dan kadang menerawang. Rupanya dia sedang terjun ke dunia politik dan bergabung dengan partai keagamaan sehingga membuatnya perlu mengubah penampilannya menjadi lebih tertutup. Semua kembali terkejut. Aku tidak terkejut, tapi tetap mencacinya sebagai perempuan yang butuh diasingkan di pulau Christmas.

Mendadak Putus: Jaman 90an, dunia hiburan ramai membicarakan hubungan asmara Paramitha Rusadi dan Onky Alexandria. Semua orang mengelu-elukan hubungan mereka yang terlihat romantis bak Romi dan Yuli (Romeo dan Juliette versi dalam negeri). Sampai akhirnya mereka putus, semua terkejut. Aku sebenarnya tidak terkejut, tapi melihat nyokap dan kakak gw yang sepertinya menyesalkan kandasnya hubungan dua artis tersebut, tanpa sebelumnya pernah mengenal Onky-Mitha secara personal, aku pun ikut-ikutan iba dengan cara yang agak dipaksakan. Onky kemudian (beberapa minggu setelahnya) menikah dan hidup makmur dengan wanita pilihannya, sedangkan Paramitha terlihat stres dan sedih. Peran sedih yang Paramitha mainkan di semua sinetronnya seakan tidak lebih sedih dari kandasnya hubungan asmara mereka. Tapi Paramitha tetap move on. Dia meneruskan hidupnya dengan tetap berakting dan bernyanyi dengan mengandalkan suara seraknya, yang seakan terdengar semakin serak setelah ditinggal Onky.

Mendadak Dangdut: Back to 10 years ago ketika Titik Kemal membintangi suatu film dengan genre semi komedi (banyak usaha ngelucunya, tapi sedikit bikin tertawa), jadi aku kategorikan sebagai film semi-komedi. Sebelum filmnya rilis di bioskop, Titik digadang-gadang bakal menyanyi di film tersebut. Tidak cuma menyanyi biasa, tapi dia akan menyanyi dangdut! Sungguh tantangan yang sulit buat dilakukan, bukan? Buat gw, dangdut itu butuh keahlian khusus! Kadang musti menyanyi dengan rambut panjang yang dicat pake pewarna sekuat cat tembok, kadang harus tampil dengan kostum yang memancing caci, seringnya juga mereka (penyanyi dangdut) wajib tampil dengan goyangan dan tarian yang lebih rumit dibanding atraksi lompat di lingkaran api atau berjalan di seikat tali yang biasa kita lihat dalam atraksi sirkus.

Kembali ke Titik Kemal, dia akan bernyanyi. Beberapa orang terkejut, tapi aku tidak terkejut karena pada akhirnya pun terbukti bahwa suara Titik sungguh... jauh dari kesan biasa. Andai kualitas biasa itu ada di nilai 6, maka kualitas suara Titik dengan sewajarnya mendapat nilai 3, itupun setelah didongkrak karena dia cantik dan semok. Emang kenapa sih dengan orang (penyanyi) bersuara biasa, mas penulis? Kayaknya dipermasalahkan banget? Begini, penyanyi dengan suara fals itu sama saja dengan astronot yang ngga pandai pelajaran Fisika atau dokter yang ngga paham Biologi. Tidak akan mungkin terjadi, bukan? Tapi di dunia hiburan, apapun bisa terjadi. Jumlah penyanyi dengan suara tak pantas pun akan sama banyaknya dengan pelaku korupsi di Indonesia. Suatu hari, gw pernah dateng ke pernikahan kerabat. Yang gw nilai ketika datang ke pernikahan adalah, (dateng ke nikahan aja pake penilaian, sungguh penulis dengan kehidupan yang penuh pertimbangan) 1. Cocok-tidaknya kedua mempelai baik secara inner dan tampilan, 2. Kualitas dan kuantitas makanan yang disajikan, 3. Kualitas wedding singernya*

*hanya jika pernikahan yang diadakan di gedung, mengingat kalo diselenggarakan di rumah, biasanya akan memakai musik rekaman. Sekalipun ada penyanyi organ tunggalnya, tidak sudilah saya nilai, kasian, boro-boro mikirin kualitas nyanyi, ngeliat make up mereka yang pada luntur karena kepanasan aja udah keburu iba melihatnya*

Balik ke topik pernikahan kerabat gw. Secara asmara, hubungan suami istri yang sedang melangsungkan resepsi tersebut terlihat dan terasa sempurna. Cocok lah gitu. Makanannya lezat dan variatif. Tapi kemudian, wedding singernya terdengar seperti... butuh lebih banyak waktu buat kursus vokal. Gw ingat, penyanyinya sempat menyanyikan lagu dengan judul From This Moment, sebuah lagu andalan untuk dialunkan di pesta kawinan, yang dinyanyikan dengan suara parau dan intonasi yang berantakan. "From this moment, wife das wawan, from this moment, you wa da wa..." Seperti itu lirik yang dinyanyikannya. Bukan cuma butuh kursus menyanyi, tapi sepertinya sang wedding singer juga butuh segera didaftarkan di LBPP LIA cabang Slipi.

Kualitas makanan di pernikahan kerabat gw pun menjadi terasa kurang seiring diperdengarkannya lagu yang dinyanyikan sang penyanyi amatir tersebut. Memberi restu kepada mempelai pun menjadi terasa semakin berat ketika tau bahwa gw harus menghabiskan 60 menit waktu dengan alunan melodi neraka sang wedding singer. Kenapa sih. Kenapa sih harus memaksa menyanyi? Kenapa sih ngga cari kerjaan lain seperti membuka gubuk tahu gejrot atau bakso Malang, yang kebetulan tidak terdapat di pernikahan kerabat gw?

Kenapa sih harus menyanyi? Sebuah pertanyaan yang sering gw ajukan ke tokoh yang membuat perubahan mendadak ini:



Kira-kira, sebanyak 6 orang dari total 15 temen di hidup gw ini (temennya dikit, pantes nyinyir), ngadu ke gw soal perubahan mendadak sang biduan. Sungguh perubahan yang mencengangkan, bukan? Bagaimana tidak, dari yang tadinya bak manusia berbentuk risol gulung isi kornet, kemudian sekarang berubah menjadi seperti gitar spanyol. Dari yang sebelumnya terlihat gemar sarapan kambing guling, sekarang tampil seperti orang yang makan siang sehari-harinya hanya secangkir buah stroberi dan semangkuk kembang kantil. Siapa sangka, gadis yang kini tampil rupawan dan singset, tadinya berwujud tak ubahnya sebagai sapi Australia? Siapa yang bakal menyangka hal tersebut akan terjadi di diri penyanyi tanpa kelas ini?

Aku tidak menyangka. Baru kali ini gw memiliki prediksi yang salah terhadap sesuatu. Gw kira, Aurili akan menjadi sebagai mana seharusnya Aurili; akan selamanya kurang menarik, tidak akan pernah menjadi diva di dunia hiburan manapun (baik yang nyata maupun kasat mata), dan tidak akan menjadi rupawan dengan kulit bak wanita yang setiap hari mandi susu dan mengoleskan lotion Citra halus lembut di sekujur tubuhnya. Prediksi gw salah. Aurili telah berubah.

Pernah ada satu orang dari luar pertemanan gw yang bilang bahwasanya Aurili itu sebenarnya cantik dan menarik asalkan dia mau berusaha. Terlepas dari komentar yang disampaikan oleh orang dengan kualitas dandanan yang tidak lebih rapih dibanding dandanan seseorang yang baru keluar dari terjangan badai tornado (rambut always berantakan, lipstik ketebelan, dan baju tampak tidak pernah mengenal setrikaan merk Maspion). Bahkan ketika dia menampilkan foto selfie di dunia maya pun, penampilannya masih mengesankan seakan badai tornado terus-menerus terjadi di kehidupannya. Tepi terlepas dari kondisi memilukan sang komentator tersebut, pendapatnya bisa dibilang ada benarnya. Hanya saja, kan kita mempermasalahkan proses dari tampilan biasa saja-menjadi-menariknya si Aurili.

Once, KaDes pernah memberi komentar terhadap penampilan Aurili yang berubah secara mendadak. "Dia emang sering curhat ke aku, ma, aku mau kurus. Aku capek hidup dengan kualitas setidak menarik ini." Kades kemudian melanjutkan, karena itulah Aurili akhirnya niat diet agar mendapatkan tampilan yang lebih menarik.

Masalahnya kemudian, apakah hanya dengan diet lantas kita bisa mendapatkan rahang yang jenjang, alis yang tebal bak iringan ulat bulu cantik, mata lancip bak buah almond impor dari Kanada, bibir tipis sensual bak model majalah dewasa, dan rambut indah bak mayang terurai? Terlebih, semua itu dia dapatkan dalam waktu kurang dari 3 bulan. Apakah tidak bermasalah buat persepsi publik? Mungkin salahnya Aurili juga yang pake curhat masalah kecantikan ke KaDes, selaku ratu suntik sana-sini. Jadinya instan deh perubahannya. Satu yang harus gw syukuri di sini, pita suara ngga bisa dioperasi plastik. Sekali kamu dilahirkan tanpa bakat menyanyi, silahkan pilih cita-cita menjadi insinyur, sutradara, penjaga warteg, tukang pijit, atau karir lain, selain penyanyi. Tapi siapalah gw bisa ngasih pendapat ke artis semulia Aurili itu, toh?

Bulan lalu, ada salah satu temen kantor gw yang melakukan perubahan mendadak. Profil dia selama ini adalah ibu rumah tangga berambut panjang yang ngga terlalu begitu gaul tapi pengen masuk ke lingkungan gaul++ yang penuh dengan apresiasi sesaat. Kemudian suatu hari dia datang ke kantor dengan rambut cepaknya (ya, dia seorang ibu) dan tank top yang dipadu dengan kain ikat. Sesaat gw ngerasa Bunda Dorce masih jauh lebih cantik dari dia. Perubahannya terlalu tiba-tiba dan memancing cibiran.

Mungkin akan ada yang berpendapat, ya itu kan suka-suka dia aja mau ngapain. Buat apa kita harus sebegitunya mengurusi tindak-tanduk orang lain? Ya betul juga. Kita bisa bebas ngapa-ngapain, selama semuanya itu dilakukan di pulau tidak berpenghuni atau ketika planet Mars sudah bisa dihuni. Buang sampah ke teras rumah sambil pake bikini aja bisa jadi cemooh orang kan? Masalahnya lagi, ngga semua orang paham dengan konsep semua bisa dilakukan semau kita. Tiap liburan, gw sangat berhasrat buat upload foto liburan gw sebanyak-banyaknya di media sosial. Tapi akhirnya, gw harus sortir, harus pasang inner circle buat nentuin pihak mana aja yang kiranya ngga akan terganggu dengan postingan liburan gw (ya, postingan liburan, bukan postingan yang ada unsur sara atau materi anonohnya), harus sebisa mungkin buat menghindari cibiran dan ketidaksukaan orang atas foto-foto liburan gw. Semuanya (terpaksa) ngga bisa dilakukan sesuka-suka kita karena, ngga semua (atau bahkan ngga ada) orang yang paham bahwa semuanya bisa dilakukan seenak jidat kita.

Jadi Aurili, boleh share kiat-kiat cantiknya ke Fatiningsih sekarang?

2 komentar:

  1. Bang benerin templatenya biar keren dikit dan bayak dapet visitor, isinya ok banged terus nyinyir.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi, care to help me in providing such things?

      Regards, penulis gaptek.

      Makasih ya udah mampir... :)

      Hapus